Pilih Bunga atau Mutiara?

Banyak orang mengibaratkan wanita seperti bunga, yang indah menawan menyejukkan mata.

Tapi pernyataan di atas, aku sedikit kurang setuju. Kenapa?

Bunga, walaupun identik dengan keindahan, tapi hampir semua mata bisa menikmati, tidak sedikit orang bisa leluasa menyentuh, mencium bahkan memetiknya. Tak ketinggalan kumbang, yang bisa kapan saja datang menghisap madunya.

Apakah para wanita rela diperlakukan seperti itu?

Wanita yang sehat, berakal, apatah lagi bertakwa (alias salihah), pastinya menjawab “tidak!”.

Maka untuk semua wanita muslimah di luar sana, camkan ini baik-baik.

Jadilah seperti mutiara. Mahal dan berharga. Terjaga oleh lapisan keran yang keras nan kokoh. Tersimpan nun jauh dalam lautan.

Tidak semua orang bisa memilikinya. Tidak sembarang orang bisa mendapatkannya.

Untuk memilikinya, perlu perjuangan keras. Untuk mendapatkannya, perlu keberanian. Keberanian menyelami ganasnya lautan yang dalam.

Jadilah wanita berharga nan mulia. Yang tidak bisa dimiliki sembarang orang. Yang terjaga keindahannya, yang tertutupi pesonanya. Tertutupi oleh balutan jilbab syar’i perintah Rabbnya.

Duhai kaum wanita.

Mutiara itu.

Tidak semua orang, bisa melihatnya. Tidak semua orang, bisa menyentuhnya. Tidak semua orang, bisa dengan mudah mendapatkannya.

Hanya sang pemberani, yang berani terjun, yang menyelam sampai ke dasar lautan, yang bisa mendapatkan mutiara yang terpendam dalam dasar lautan itu.

Tidak lain dan tidak bukan, itu adalah sang ‘pangeran hati’, yang berani datang mengetuk pintu rumah orang tuamu, dengan tujuan mulia menjadikan dirimu sebagai permaisurinya.

Tinggalkan komentar